"Historia magistra vitae"
sejarah adalah guru terbaik dalam kehidupan,
itu adalah bunyi filosofi Romawi Kuno
Cara kita memahami sejarah membentuk cara kita memandang dunia di masa kini dan memengaruhi cara kita memahami realitas masa depan (perspektif sejarah). Pemahaman yang tepat tentang bagaimana sejarah membentuk masa kini dan masa depan sangat penting untuk memahami segala peristiwa yang terjadi di sekitar kita dan keberadaan kita pada saat ini.
Tumpukan Peradaban atau juga ada yang bilang tumpukan kebudayaan, merupakan bagian dari sejarah, yang berdimensi Ruang, waktu dan Aktivitas manusia yang selalu terjadi pada setiap kehidupan manusia dan masyarakat pada setiap waktu dan setiap zaman. Pada Setiap Ruang yang kita temui, yang mungkin dalam konteks daerah/tempat tinggal, tetapi dalam waktu yang berbeda bisa jadi telah terjadi berkali-kali peristiwa sejarah atau telah berlangsung beberapa kehidupan yang saling bertumpukan.
Kita ambil sebuah contoh, di atas Istana Bogor sekarang atau kebun raya bogor sekarang, pernah berdiri suatu pusat kerajaan sunda, yang dikenal dengan nama Padjadjaran/Kerajaan Sunda dengan rajanya yang termasyhur Sribaduga Prabu Siliwangi dan bisa jadi sebelum itu ada lagi kerajaan yang lebih tua dari Pajajaran, namun hingga kini belum ditemukan atau belum dieksplorasi oleh para ahli sejarah dan arkeologi.
Tumpukan peristiwa manusia akan terus berlangsung selama masih ada kehidupan manusia, pada dasarnya terjadi hampir di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Indonesia yang pada masa lalu disebut Nusantara, atau ada juga yang menyebut dengan nama Sundaland atau Atlantis/Attala (negeri Surga) pendapat dari Prof, Ario Santos seorang ahli nuklir yang secara intensif melakukan penelitian selama lebih kurang 30 th. Dengan mengambil beberapa sample Negara di dunia, termasuk Indonesia yang mungkin cocok dengan kriteria yang dikemukakan oleh Filusuf Yunani Kuno Plato tentang Negara Attala atau Atlantis yang menurut Mitologinya lenyap dalam satu malam karena bencana Alam (Letusan gunung berapi, gempa bumi dan Tsunami).
Indonesia yang pada masa lalu oleh para ahli dikenal juga dengan nama Sundaland (benua Sunda) sebagai tempat peradaban Atlantis yang terkenal di dunia, pada dasarnya adalah negeri gunung api (the Ring Of Fire) atau negeri cincin api, dan kalau kita merujuk pada pendapatnya Plato tentang ciri atau kriteria negeri Atlantis, Indonesia adalah Negara yang memenuhi kriteria tersebut. Dan Santos melalui buku yang ditulis dan diterbitkannya” Indonesia adalah Atlantis yang hilang” meyakini bahwa Indonesia itu dulunya adalah benua SundaLand tempat berdirinya Kerajaan Besar pada masanya, yaitu Atlantis/Attala yang sekarang sudah tenggelam ke dasar laut (diduga disamudra Hindia Sekarang) walaupun untuk membuktikannya perlu penelitian lebih lanjut (pemerintah dan para ahli).
Keberadaan Situs Gunung Padang yang belum lama ini terkuak oleh para ahli Ilmu pengetahuan, telah memperkuat Teori Santos, bahwa Indonesia pada masa lalu memiliki Peradaban Tinggi level Dunia. Karena berdasarkan uji karbon Lapisan batuan yang ada di situs Gunung memiliki umur batuan yang berbeda pada setiap tingkatannya, dan yang paling tertua itu melebihi usia Piramida Gizah di mesir yang berusia 4000 SM. Usia batuan di situs Gunung Padang ada yang berusia sampai 25.000 th SM.
Ini merupakan suatu penemuan yang spektakuler tentang perkembangan dan kemajuan peradaban Indonesia yang selama ini selalu dibelakangkan dan seolah-olah tidak memiliki peran penting dalam perkembangan Peradaban dunia, kalah dengan bangsa Lain. Padahal kalau kita merujuk pada pendapat Plato dan Santos, justru sebaliknya Nusantara/Indonesia inilah yang merupakan Pusat dari Peradaban Dunia, bukan kita yang dibentuk oleh Peradaban lain, seperti yang sekarang kita pelajari dalam buku-buku sejarah kita, yang masih berfaham konvensional dan masih berbau eropa sentris dalam kesejarahannya.
Kalau kita merujuk pada pendapatnya Santos dan Fahmi basa peradaban Dunia itu dibentuk oleh Peradaban Nusantara yang pada saat itu Sundaland. Setelah kehancuran Peradaban Atlantis, manusia/masyarakatnya ada yang masih bertahan dan ada yang bermigrasi/pindah secara besar-besaran karena Benua Sundaland tidak mungkin lagi ditinggali. Perpindahan penduduk dari Sundaland inilah yang kemudian membentuk Peradaban Besar Dunia, seperti Peradaban Mesir kuno, india Maya, Aztex, Inca, bahkan jepang, eropa dan China diduga oleh para ahli itu juga dibentuk oleh para Migrasi dari Sundaland.
Kemajuan kebudayaan dan peradaban yang sangat tinggi yang telah dicapai oleh para nenek moyang Sundaland inilah yang kemudian diterapkan di negeri-negeri yang mereka datangi atau singgahi setelah kehancuran di Atlantis atau Sundaland, yang menyebabkan negeri-negeri tersebut menjadi maju dan berkembang. Salah satu contohnya, adalah tentang istilah nama Hari yang dikenal dalam istilah bahasa Inggris dengan sebutan “Sunday” yang artinya Hari atau Matahari, di Indonesia ada nama suku Sunda, yang berasal dari kata Sunada yang artinya matahari (pusat kehidupan), begitupula dengan keyakinan orang jepang asli yang bernama”Shinto” yang identic dengan kata Sunda. Kalau kita telaah lebih jauh Sunda pada awalnya bukanlah nama Suku, tetapi nama benua dan Kepercayaan. Tetapi sekarang menjadi mengecil arti dan konsepnya hanya sebatas nama Suku, yaitu Sunda.
Kita adalah keturunan bangsa Besar yang telah punah dan tersebar diseluruh Dunia, bangsa kitalah yang telah membentuk Peradaban maju yang berkembang pada saat ini. Itulah sebabnya kita pada waktu kecil sering mendengarkan Lagu” Nenek moyangku Seorang Pelaut” kalau kita fahami makna dari lagu itu sangat dalam sekali, untuk ukuran pada zamannya menjadi Pelaut dan berlayar dengan mengunakan kapal seperti yang ada dalam “Reliep candi Borobudur” menunjukan bahwa bangsa tersebut adalah bangsa yang telah sangat maju, karena pada masanya transfortasi yang paling urgent adalah”Air” laut dan Sungai (sumber kehidupan). Dan apabila kita amati jenis kapal yang tergambar dalam Relief Candi Borobudur adalah Kapal Jenis Jung (Kapal ukuran besar) yang pada masa lalu hanya dimiliki oleh kekaisaran China, tetapi kalau kita lihat berdasarkan Relief candi Borobudur tersebut, justru Nenek Moyang kitalah yang terlebih dahulu memiliki kapal-kapal ukuran besar (kapal Induk Istilah Sekarang).
Akibat penjajahan yang kita alami bangsa-bangsa di Nusantara menjadi kehilangan jatidiri dan Identitasnya, mereka tidak mengenal kemajuan dan kehebatan yang telah diraih oleh leluhurnya, demikian hebatnya” pencucian otak” atau dalam kontek”penggelapan Sejarah” menyebabkan negeri yang merupakan keturunan bangsa yang pernah menjadi “Pusat dan Penguasa Dunia” menjadi bangsa yang bingung dan tidak tahu apa-apa tentang Sejarahnya Sendiri. Sungguh Hebat Para Kolonialis dan Imprialis dan membutakan mata para generasi keturunan bangsa hebat Atlantis dan lemuria (sekaligus memutarbalikan sejarah kita). Itu sebabnya kalau kita ingat ucapan gus Dur, tentang rencana menulis ulang Sejarah Indonesia, harus segera kita lakukan, apalagi dalam rangka menyambut HUT Negara kita yang ke 78 yang sebentar lagi kita peringati. Agar kiranya kejayaan Negeri Kita Kembali Seperti pada Zaman Para Leluhur kita ATLANTIS/ATTALA. (BERSAMBUNG)
Pengirim:
Heru Fadillah
Tanggal pengiriman:
08 Agustus 2023
Lisensi berkas:
Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 International