Bila kita melihat atau mendengar tokoh wayang “Karna”, mungkin timbul pertanyaan: Siapakah dia? Mengapa dia di pihak kurawa saat perang Bharatayuda? Sebenarnya dia Tokoh jahat atau tokoh baik? Mari kita ikuti ulasan berikut ini.
Karna adalah putra pertama dari Kunti sebagai “hadiah” dari batara Surya/dewa Matahari dalam cerita pewayangan, oleh karena itu dia dijuluki juga sebagai Suryaputra atau Suryatmaja. Karena kelahirannya tidak dikehendaki, sebab Kunti saat itu sebagai putri Raja Mandura belum memiliki suami. Kelahiran Karna dianggap sebagai aib sehingga Kunti melarung (menghanyutkan) Karna yang saat itu masih bayi ke sungai.
Perlu diketahui bahwa ketika dilahirkan, Karna sudah beranting dan sudah memiliki perisai sakti yang tertanam di bawah kulitnya sehingga tidak mempan senjata apapun. Dia ditemukan oleh kusir negeri Astina yang bernama Adirata lalu dibesarkannya dan diberi nama Radheya/Radya.
Ketika meletus perang Bharatayuda, Karna di pihak Kurawa alasannya:
- Sebagai balas budi atau persahabatannya dengan Duryudana, ini terjadi karena ketika ada pendadaran/unjuk kebolehan siswa Durna yang terdiri dari Pandawa dan Kurawa, Karna datang untuk bisa mengikutinya tapi tidak diizinkan karena dia bukan satria dari pandawa maupun kurawa, bahkan saat itu para pandawa menghina/mengolok-olok Karna, karena dia hanya anak seorang kusir. Duryudana melihat bahwa Karna memiliki kesaktian yang luar biasa oleh karena itu Duryudana mengangkatnya sebagai Raja Angga/Awangga yang merupakan Negara bagian dari Astina. Dari sinilah persahabatan antara keduanya mulai terjalin dan Karna merasa hutang budi terhadap Duryudana.
- Walaupun Karna putra Kunti (ibu dari pandawa: Yudhistira, Bima, dan Arjuna), Karna merasa tidak mendapatkan kasih sayang layaknya seorang putra.
Karna termasuk tokoh jahat atau tokoh baik itu relatif, tergantung dari sudut pandangnya. Termasuk tokoh jahat karena membela/berada di pihak kurawa yang merupakan simbol kejahatan. Termasuk tokoh baik karena memelihara persahabatan dengan Duryudana atau tokoh yang tahu balas budi dan walaupun di pihak kurawa tapi Karna selalu menentang apabila kurawa ingin melenyapkan pandawa dengan cara licik atau tidak secara ksatria, makanya hampir selalu bententangan dengan Sakuni/Sengkuni.
Yang paling mengharukan adalah kalau dia tidak di pihak kurawa maka kurawa gak punya nyali untuk perang dan dia yakin perang Bharatayuda akan dimenangkan oleh pandawa, kalau kurawa gak berani perang lalu kapan kejahatan akan berakhir, untuk kemenangan pandawa dia merelakan melepaskan perisai saktinya yang sudah tertanam di bawah kulit sejak lahir
Dari sedikit tulisan ini ada nilai edukasi yang dapat dijadikan contoh atau untuk interospeksi diri:
- Persahabatan dapat mengalahkan hubungan persaudaraan. Jangan menghina/mengolok-olok orang lain hanya karena strata/status sosialnya yang berbeda atau lebih rendah
- Seorang ibu tidak cukup hanya melahirkan saja untuk bisa diakui sebagai ibu yang hakiki tetapi juga harus memberikan kasih sayang yang nyata pada anaknya
Demikian sedikit tulisan ini semoga bermanfaat
Pengirim:
Drs. Sri Widodo (Guru Mapel Biologi)
Tanggal Pengiriman:
18 April 2019
Lisensi berkas:
Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 International