Artikel ini dikirim dalam rangka mengikuti
lomba Jurnalistik FLS2N tahun 2023 wilayah JU2.
“Menang bukanlah segalanya, tetapi menginginkan kemenangan itulah yang terpenting” ~Ussain Bolt
Ini adalah salah satu kutipan dari atlet lomba lari jarak dekat asal Jamaika Ussain Bolt. Ia merupakan pemegang rekor dunia lomba lari 100m dan 200m putra saat ini, masing-masing dengan catatan waktu 9,58 detik dan 19,19 detik yang diciptakannya pada Kejuaraan Atletik Dunia 2009. Kata-kata itulah yang selalu dicamkan oleh dua saudari yang kini sedang mengejar asanya di lintasan lari. Mereka adalah Diva Rahmawati Sangaji dan Dita Rahmawati Sangaji.
Mereka berdua merupakan siswi Kelas 11 dan 10 di salah satu SMA Negeri di Kota Jakarta Utara, yaitu SMA Negeri 110 Jakarta. Sembari mereka berdua berjuang dan saling menyemangati di lintasan lari menggapai asa, mereka berdua sudah banyak melewati berbagai momen untuk menorehkan prestasi selama menjadi atlet lari dan sampai saat ini mereka sedang memperebutkan podium di tingkat nasional.
Semua dimulai ketika Diva dan Dita masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada awalnya hanya atas dasar rasa penasaran dan ingin tahu yang membuat mereka berdua terjun ke dunia olahraga lari dan menjadi atlet atletik. Diva dan Dita tidak memiliki latar belakang dalam bidang olahraga. Kedua orang tuanya pada awalnya tidak terlalu yakin bahwa kedua putrinya masuk ke dunia olahraga khususnya menjadi pelari atau atlet atletik, terutama ibunya yang pada awalnya sangat tidak setuju kepada Diva dan Dita masuk ke dunia olahraga lari.
Pada saat Diva masih di bangku kelas 5, ia tertarik dengan atletik karena ia penasaran setelah mengikuti latihan atletik sebagai salah satu materi di pelajaran Penjaskes. Kemudian, sang guru yang melihat potensi Diva langsung mengajak Diva untuk bergabung dengan klub Atletik di sekolahnya. Dibarengi dengan rasa penasarannya, Diva memutuskan ikut ke dalam klub Atletik tersebut. Kemudian, adiknya yaitu Dita yang melihat kakaknya ikut dalam klub Atletik, juga merasa tertarik dan berminat untuk ikut dalam klub tersebut. Pada akhirnya, mereka bersama berlatih di klub Atletik tersebut.
Pada saat masih di sekolah dasar pun mereka berdua sudah menorehkan prestasi yaitu menjadi Juara 1 Lari Estafet di Tingkat Kota/Kabupaten antarsekolah, kemudian terus berlanjut hingga menginjak sekolah menengah pertama. Mereka tetap melanjutkan keahliannya sebagai atlet untuk berprestasi lebih baik lagi dan mengikuti perlombaan-perlombaan Tingkat Provinsi.
Lambat laun akhirnya mereka sudah menginjak SMA di mana materi belajarnya pun meningkat. Di balik itu semua, ternyata bentuk pelatihan mereka sebagai atlet semakin meningkat dan menguras tenaga. Sering kali mereka berdua kelelahan karena jam yang padat setelah pulang sekolah dan harus melanjutkan lagi untuk latihan.
Biasanya mereka berdua berlatih setelah jam pulang sekolah yaitu di sore hari, di mana jam pulang sekolah yaitu sekitar pukul 15.00 dan setelah itu mereka segera bersiap-siap untuk berlatih sebagai atlet atletik. Jadi, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat sepulang sekolah. Di tempat latihan biasanya mereka berlatih seperti Sprint, lari jarak jauh, lari jarak pendek, lari estafet dan sebagainya. Kemudian ketika matahari tenggelam, barulah mereka bisa pulang ke rumah yang pastinya sangat melelahkan selepas berlatih.
Namun, karena mereka berdua yang saling mendukung serta dukungan dari orang tua yang selalu menyemangati untuk terus berjuang, membuat mereka berdua dapat membuang rasa lelah itu jauh-jauh. Walaupun ibu mereka awalnya sempat tidak mengizinkan, akan tetapi pada akhirnya ketika melihat kedua putrinya yang sangat bersemangat, ibunya jadi mengizinkan dan bahkan sangat mendukung.
Usaha mereka berdua selama ini tidaklah sia-sia. Banyak prestasi yang ditorehkan mulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan kini mereka tengah bersiap untuk masuk ke tingkat nasional, seperti perlombaan O2SN yang mereka sedang persiapkan.
Walaupun mereka fokus dan mengejar prestasinya dibidang non-akademik, mereka tetap menyeimbangkan dengan prestasi akademik di sekolah, di mana sebentar lagi sudah mendekati waktu untuk kenaikan kelas . Untuk Diva akan naik ke kelas 12 dan adiknya Dita akan naik ke kelas 11.
Mereka berdua tetap membagi waktunya untuk belajar, terutama Diva dengan persiapannya untuk ujian kenaikan kelas dan memperbaiki nilai rapornya untuk masuk PTN nanti. Untuk Dita, walaupun dengan banyaknya tugas, seperti pameran projek Kurikulum Merdeka, ia tetap berusaha menyeimbangkan kegiatan sebagai atlet dan pelajar.
Perjuangan mereka masih sangatlah panjang. Banyak perlombaan yang akan diikuti. Akan tetapi ternyata dua saudari ini selain ingin menjadi atlet, mereka mempunyai mimpi sejak kecil menjadi abdi negara. Dengan pelatihan-pelatihan fisik yang mereka dapatkan selama menjadi atlet membuat Mereka yakin bisa mengikuti tes untuk bergabung dengan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dan menjadi abdi negara, yaitu masuk ke akademi tentara.
Pintu perjalanan mereka masih terbuka sangat lebar. Di lain sisi mereka ingin menjadi abdi negara, walaupun mereka pada dasarnya atlet. Mereka juga sudah mempersiapkan diri untuk berkuliah di bidang olahraga, seperti di Universitas Negeri Jakarta dengan cara belajar dan mendapatkan nilai yang baik agar masuk melalui jalur SNBP ke PTN idamannya.
Apakah Mereka berdua akan sampai di garis finis dan menggapai asanya? Entah menjadi abdi negara seperti yang mereka impikan atau melanjutkan pendidikannya di bidang olahraga, itu semua akan di tentukan berdasarkan jalan yang akan mereka pilih ke depannya dan usaha mereka untuk mencapai asanya. Yang pasti ialah semua usaha mereka berdua tidak akan mengkhianati hasil karena didasari oleh kemauan, dan di mana ada kemauan di sana pasti ada jalan.
Pengirim:
Muhammad Zulhaq Fiqih Ismail, Siswa Kelas 12 IPS 1 tahun pelajaran 2023-2024
Tanggal Pengiriman:
09 Juni 2023
Tautan berkas:
Artikel : Dua Saudari Mengejar Asa di Lintasan Lari
Lisensi berkas:
Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 International