Imam An-Nawawi menulis dua bab tentang pentingnya membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya dalam bukunya Al-Tibyan Fi Adabi Hamalat al-Quran (AnNawawi, 2001:19-28) dan keunggulan membaca Al-Qur'an dan pembacanya dibandingkan dengan yang lain (An-Nawawi, 2001:29-30). Diantaranya, Imam Nawawi mengutip hadits Rasulullah SAW, dari Ibnu Mas'ud, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, hadits nomor 2912, yang artinya: “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah Ta'ala (Al-Quran) akan dibalas satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak menyebut huruf Alif Laam Miin, melainkan huruf Alif, huruf Laam dan huruf Miim” (An-Nawawi, 2001:24).
Imam An-Nawawi menambahkan bahwa mazhab yang sah dan terpilih dari sebagian besar ulama adalah bahwa membaca Al-Qur’an lebih utama dari pada membaca tasbih, tahlil dan dzikir lainnya (An-Nawawi, 2001:29). Meskipun dzikir itu sendiri adalah tali (tautan) yang mengikat hamba kepada Tuhannya, itu adalah cara untuk mencapai cinta dan ridha Allah, itu adalah pintu ke hadirat Allah SWT, memberi kekuatan, kedamaian dan cahaya ke hati manusia. Dzikir adalah cara berdoa kepada Tuhan di jalan yang dipilih oleh Tuhan, melindungi diri dari hukuman dan dosa, dan menjadi cahaya kebahagiaan bagi orang beriman (Al-Syarqawi, 1995:5). Jadi bisa dibayangkan betapa mulia dan canggihnya membaca Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini tentunya sangat penting bagi peserta didik karena di samping menuntut ilmu, keputusan yang paling utama adalah membasahi lidah saat membaca Al-Qur'an. Seperti yang dituturkan oleh M. Quraish Shihab dalam pengantarnya dalam kitab Mu'jizat Al-Qur'an; “Rindu keluarga penulis terpuaskan dengan membaca ayat-ayat Alquran di malam hari. Kegembiraan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dan ketenangan yang ditimbulkannya mengingatkan kita pada tujuan belajar dan saran orang tua dan teman sebaya. Setiap kali lidah membaca ayat-ayat yang begitu indah, suasana hati, gaya dan intonasi pikiran juga memunculkan keistimewaan dan keajaiban Al-Qur'an (Shihab, 1998:9).
Sehingga apa yang dilakukan SMA Negeri 110 Jakarta dan mewajibkan siswanya untuk khatam dalam membaca Al Quran satu kali selama bulan suci Ramadhan tidaklah berlebihan dan juga tidak memberatkan. Upaya tersebut tidak hanya terkait dengan wajib membaca Al-Qur'an, tetapi juga jika ada siswa yang masih belum tahu cara membaca Al-Qur'an maka dengan membaca Juz Amma atau 30 juz dengan itu semua peserta didik diharapkan bisa membaca Al-Qur’an.
Program Khatam Qur’an Sekolah Menengah Atas Negeri 110 Jakarta
Program Khatam Qur'an (PKQ) di SMA Negeri 110 Jakarta diselenggarakan selama bulan suci Ramadhan. Peran strategis pendidikan agama Islam yang termasuk bagian wajib adalah ikut serta dalam pengembangan akhlak, moral, dan nilai-nilai spiritual peserta didik yang memiliki dan membentuk profil pelajar Pancasila, baik secara teori maupun praktik yakni Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Peserta didik diharapkan menunjukkan kesalehan spiritual dan sosial. Berbeda dengan mata pelajaran kognitif atau psikomotorik, pembentukan dan pengembangan karakter siswa diupayakan melalui proses panjang yang berkaitan dengan ranah afektif.
Pembentukan kepribadian terjadi tidak hanya melalui pengalaman belajar di kelas, tetapi juga di luar kelas, di masyarakat, misalnya di masjid SMAN 110 Jakarta atau di masjid lingkungan masing-masing, serta berbagai kegiatan masyarakat. Pengalaman dan praktik dapat diambil langsung dari khazanah Islam untuk dicatat. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat tumbuh dan berkembang secara bersamaan melalui kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler untuk menghasilkan insan yang cerdas, santun, simpatik dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual. Hal ini sejalan dengan visi dan misi SMA Negeri 110 Jakarta. Dan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut diperlukan partisipasi dan kontribusi PAI, khususnya melalui guru-guru PAI SMAN 110 Jakarta, dalam kegiatan pembelajaran dan praktikum. Pendidikan agama Islam di sekolah umum seperti SMAN 110 Jakarta membantu mengembangkan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia sesuai dengan unsur-unsur profil siswa Pancasila.
Pedoman Pembelajaran PAI dan Program Khatam Al-Qur’an
Kegiatan Pembelajaran PAI dan Program Khatam Al-Qur’an merupakan kegiatan akademik dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam penyelenggaraannya, kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berada di bawah tanggung jawab Guru PAI. Guru PAI dan koordinator peserta didik yang telah ditunjuk dan ditugaskan untuk menyelenggarakan kegiatan Program Khatam Al-Qur’an.
Pada saat pelaksanaan khataman Qur’an setiap kelas yang telah di informasikan oleh guru agama dan koordinator peserta didik dipusatkan di masjid Miftahul Ulum SMA Negeri 110 Jakarta dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
- Peserta didik selama bulan suci Ramadan wajib mengikuti kegiatan program khatam al-Qur’an.
- Kegiatan Program khatam al-Qur’an dilakukan secara tatap muka di kelas terlebih dahulu.
- Jadwal khatam al-Qur’an dilaksanakan 1 kali dalam 1 minggu secara tatap muka dalam pembelajaran PAI dan di luar tatap muka sesuai kesepakatan
- Setiap peserta didik selesai melaksanakan Tugas Jurnal Ramadan wajib diketahui/ditandatangani oleh orang tua/walinya dan dapat dibuktikan kebenaran pelaksanaannya
- Kegiatan Program Al-Qur’an setiap kelas akan dibimbing oleh guru dan koordinator peserta didik yang sudah ditetapkan.
- Penilaian Jurnal Ramadan sebagai pertimbangan nilai Mata Pelajaran PAI di akhir semester akan diisi oleh peserta didik dan diserahkan kepada guru agama yang mengampu di kelas masing-masing sebelum pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun (PAT) untuk diberi nilai dan dimasukkan ke dalam aspek afektif.
Pada bulan Ramadan di Minggu Pertama-Ketiga diwajibkan tadarus 1-30 Juz. Sehingga di akhir Ramadan atau minggu Keempat selama mengikuti Program Khatam Al-Quran Pembelajaran PAI peserta didik sudah khatam membaca Al-Qur’an 30 Juz. Upaya ini dilakukan dan dikembangkan secara terpola dan sistematik, sehingga dalam praktiknya dapat mencapai sasaran yang diharapkan, ada dua pendekatan yang akan dilakukan; pertama, pendekatan pendidikan mentalistik atau kognitif, yaitu penyampaian ilmu dan informasi secara teoritis yang dapat dilakukan melalui pelatihan, pembekalan, ceramah atau diskusi, Kedua, pendekatan pendidikan yang bersifat mekanistik atau rangsangan-jawaban (stimulus-respons) atau yang disebut dengan proses pengkondisian sehingga terjadi automisasi dan dapat dilakukan melalui praktik langsung, latihan, tanya jawab, melalui contoh dan kebersamaan. Kedua pendekatan tersebut kemudian akan melahirkan peserta didik yang terampil dan anak didik yang cepat menyerap apa yang diajarkan oleh guru agamanya dan koordinator peserta didik (Zakiah Daradjat, et al, 1984 :257).
Pendidikan dan pengajaran dalam mempercepat kemampuan membaca Al-Qur’an memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang cepat dalam membaca Al-Qur’an, memiliki akhlak yang mulia, berperilaku religius dan sekaligus menimbulkan rasa kecintaan kepada Al-Qur’an dan rasa keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari, yang ditunjukkan dengan nilai-nilai akidah yang benar, ibadah yang sempurna, ilmu yang bermanfaat dan akhlak yang mulia (A. Qori Azizi, 2003 : 56). Sehingga pelaksanaan Pembelajaran PAI dan Program Khatam Qur’an ini dapat mencapai arah yang diharapkan.
Penutup
Dengan hadirnya tulisan ini diharapkan dapat menambah semangat dan keikhlasan bagi Guru PAI serta seluruh peserta didik SMA Negeri 110 Jakarta pada setiap angkatannya untuk mendukung dan melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan ikhlas. Al-Qur’an harus dibaca dan dimuliakan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu SMA Negeri 110 Jakarta berupaya mengembangkan pola untuk memperbagus bacaan Al-Qur’an, memperbanyak tadarus serta berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Pengirim:
Albert Ferdinand Donggala
Tanggal Pengiriman:
30 Juli 2025
Lisensi Berkas:
Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 International