Ini adalah tugas penilaian akhir semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang dikirim oleh Yudhistira Triany, siswa kelas X-E tahun pelajaran 2023-2024. Kali ini, Yudhistira menyadur teks awal Hikayat yang berjudul Saijaan dan Ikan Todak dari buku paket Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka dan menggantinya menggunakan sudut pandang tokoh lain, dalam hal ini ia mengubah penceritaan dari yang awalnya Datu Mabrur dan diubah menjadi Raja Ikan Todak.
Di tengah lautan yang dalam aku bersama rakyatku menetap mendirikan sebuah istana yang sangat mewah. Istanaku berada di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Setiap istana pasti akan dipimpin oleh seorang Raja, jadi aku sendiri yang menjadi Raja untuk para ikan todak di lautan ini.
Selama aku menjadi seorang raja tidak ada masalah yang datang ke istanaku ini. Aku selalu ingin melindungi rakyatku dari marabahaya apa pun itu. Aku bahkan sanggup mengorbankan nyawaku untuk istana dan rakyatku.
Namun tiba-tiba, seketika lautan bergelora membuat rakyatku terganggu karenanya.
"Raja, lautan selalu bergelora. Kami para ikan merasa terganggu!" salah satu ikan memberikan suaranya padaku.
"Baiklah, kita akan ke permukaan untuk melihat apakah ada sesuatu yang harus diselesaikan," aku memberikan saran kepada rakyatku.
"Maaf Raja, setahu saya penyebab lautan kita bergejolak adalah karena aktivitas bertapa seorang Datuk yang sangat sakti mandraguna. Namanya Datuk Mabrur," salah satu ikan memberikan informasi padaku.
"Baiklah, kita akan menyerang Datuk Mabrur jika kita kalah kita akan memenuhi keinginannya agar Datuk itu tidak perlu bertapa lagi. Karenanya lautan bergelora!" jawabku.
Setibanya aku di permukaan lautan, aku langsung terbang lalu menyerang Datuk Mabrur yang sedang bertapa tersebut. Namun, Datuk Mabrur dapat menepis serangan ku tanpa membuka matanya. Karnanya aku pun terpelanting dan jatuh di karang.
Aku tidak menyerah, aku selalu menyerang Datuk Mabrur walaupun hasilnya sama saja. Begitu pula dengan rakyatku, mereka seakan sudah siap menyerang Datuk Mabrur dengan gigi tajam dan panjang milik mereka. Tepat pada saat Datuk Mabrur membuka matanya aku terpelanting jatuh ke karang.
"Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?" Datuk Mabrur bertanya pada ku.
"Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Samadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi engkau memang sakti, Datuk Mabrur. Aku takluk," kataku megap-megap menahan sakit karna tubuhku terjepit di sela-sela karang tajam.
"Jadi, itu rakyatmu?" Datuk Mabrur menunjuk ribuan rakyatku yang mengepung karang.
"Ya, Datuk. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu."
"Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku..." ucapku mengiba-iba. Karna sulit bernapas.
"Baiklah," Datuk Mabrur berdiri dan menolongku "Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu."
"Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datuk ingin istana bawah laut yang terbut dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?" ucapku memberikan suatu ulasan untuk keinginannya.
"Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti..." Datuk Mabrur pun menceritakan maksud pertapaannya selama ini padaku.
"Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!" Jawabku sambil bersumpah.
"Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?" ucap Datuk Mabrur sambil memberikan perjanjian padaku.
"Setuju, Datu...," jawabku yang sudah lemas. Aku sangat membutuhkan air.
Setelah aku setuju dengan semuanya Datu Mabrur pun pelan-pelan melepaskan tubuhku dari jepitan karang, lalu diusap lembut olehnya. Aku terkejut dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuhku mengering. Kulitku kembali seperti semula, seakan tidak pernah ada luka. Aku pun bahagia dan tanpa sengaja menggerakkan ekor dan siripku.
Dengan lembut dan kasih sayang, Datu Mabrur mengangkatku dan mengembalikanku ke laut. Ribuan rakyatku tadi yang mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria.
"Sa-ijaan!" seruku sambil melompat di permukaan laut.
"Sa-ijaan!" sahut Datu Mabrur.
Setelah aku kembali ke lautan aku langsung memberikan pengumuman kepada semua penduduk lautan agar bahu membahu untuk memberi pulau kepada Datu Mabrur.
"Dengar sini semua penduduk lautan, Raja sudah berjanji pada Datu Mabrur untuk memberikannya pulau jadi kita harus saling membantu," ucap salah satu ikan memberikan arahan.
"Ya, benar. Kita harus saling menolong. Sekarang kita akan membawa pulai dari dasar lautan ke permukaan. Sebelum pagi menyambut pulau tersebut sudah harus ada di permukaan.
Semua Ikan Todak dan penghuni laut saling tolong menolong menarik pulau yang berada di dasar laut. Karena saling membantu sebelum tengah malam sebuah pulau timbul dari dasar laut. Jutaan ikan berbagai jenis mendorong daratan baru yang aku janjikan untuk Datu Mabrur. Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, "Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaan...!"
Dapat aku lihat Datu Mabrur tercengang melihat di karang pertapaannya. Karena aku telah memenuhi sumpahku!
Bersamaan dengan terbitnya mentari pagi, daratan tersebut terlah timbul sepenuhnya. Berubah menjadi sebuah pulau. Setelah itu aku dan rakyatku serta penghuni laut lainnya bergegas kembali ke lautan dalam. Kami tidak perlu merasa cemas lagi dengan adanya gelora yang datang. Sebab Datu Mabrur sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Semua rakyatku kembali menjalankan rutinitasnya masing-masing.
Pengirim:
Yudistira Trianny
Tanggal Pengiriman:
9 November 2023
Lisensi Berkas:
Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 International